Rabu, 30 Oktober 2013

Aku yang polos dan tak tau apa- apa

 
Dulu  yang tak tau apa-apa , polos dengan wajah lugu dan selalu berkeliaran dan  bermain dan bermain ,  dan takkan berhenti  kecuali  hari sudah menjelang malam  atau  ibu dan bapak sudah  marah marah menyuruh  untuk mandi dan  sholat ke  mesjid  dan belajar baca Al-Quran.  Begitulah masa masa  kecilku  di umur 5 tahun , dan  di antara  teman-teman ku yang lain hanya akulah yang paling  liar dan paling suka aneh aneh di antara mereka , maklum sejak aku kecil  tulang/ adik dari ibuku sudah  lama tinggal di rumah kami untuk bersekolah di kampungku dan merekalah yang mulai  mengajariku dan memancing ku untuk melakukkan hal bodoh yang tak pernah di lakukkan oleh teman teman seumuran dengan ku .
    jadilah aku  bad boy di mata orang orang dekat ku bahkan di sekomplek perumahanku  waktu itu ,, namun aku  cuek cuek aja , karna pikiran saya  hanya  bermain dan bermain  maka itu semua  hanya omongan daria sebagian  mereka yang  tak tau bahwa aku masih polos dan tak tau apa-apa. namun sejak aku  sudah duduk di kelas 3 Sekolah dasar , ibu dan ayah mulai membatasi  kebebasanku dan memberi waktu kapan bermain dan kapan belajar ,namun  disinilah titik jenuh ku mulai  untuk berubah  di tekan dan ditekan untuk tidak bermain  jauh jauh kecualai  di sekitaran rumah  atau teman  yang di suruh datang ke rumah .
  Sejak saat itu  kehidupan masa kecilku mulai terenggut  dari  pola ke kanak kanakan  dan bertumpuan pada masa menuju  remaja  dan  lebih dewasa di banding  adik  adikku , dan  setelah  sekolah dasar bahkan aku di penjarakan  di Penjara suci  yakni  Pesantren  di  daerah kampungku  yang lumayan terkenal di sumatra .

Selasa, 29 Oktober 2013

Merantau demi Perbaikan Kehidupan

tinggal di daerah pedalaman memang bukan suatu impian bagi sebagian orang soryy  , kebayakan orang  minimnya kendraan untuk melakukkan perjalanaan ke kota , susahnya mendapatkan barang yang kita inginkan  atau bahkan  minimnya pasokan listrik di daerah itu  sehingga  menyebabkan kebanyakan orang kebih baik tinggal di kota yang secara fasilitas jauh lebih baik.
    termasuk saya , di lahirkan di sebuah desa yang amat jauh dari kota  dan di besarkan dari alam yang masih tenang dan  terbiasa dengan alam itu sendiri , secara natural  manusia yang hidup di suatu tampat  akan beradaptasi dengan  lingkungan itu  sendiri , bukannya beradaptasi  namun sudah di tempa sesuai dengan alam itu sendiri ,dan segala kesusahannya sudah dapat di antisipasi dengan  memanfaatkan sesuatunya dari alam itu sendiri. dan secara  sadar  hidup ini memang  sudah sangat di bersahabat dengan kebiasaan  perkampungan  itu sendiri ,, bagaimana tidak  jika satu  perkampungan itu hanya terdiri dari seratus rumah tangga pasti mengenal satu sama lainnya.
  darah ini sudah menyatu dengan tanah kelahiran itu  , mungkin karna pusatkita  tertanam di dalam  tanah desaku itu kali ya ?, atau ada hal lainnya yang masih  sangat susah untuk di jabarkan . namun sejak di sekolahkan ke sebelah dan untuk menuntut ilmu  semakin banyak perubahan itu terjadi  pada  orang yang sudah keluar dari pedesaan itu , mulai beradaptasi  dengan  keadaan  tempat  yang jauh sangat  berbeda dengan  tanah  hatubuan, adat yang berbeda dna  karaker yang berbeda  menjadikan  adaptasi itu menjadi mutlak harus di lakukan  karna  yang tak dapat beradaptasi akan musnah dari  persaingan.
    dan dihidup di kota besar ini  bukan tak  menghadapi banyak tantangan   mulai dari susahnya menyesuaikan  kebutuhan makananan yang biasa kita makan untuk sehari hari,, namun yang terpenting yaitu adaptasi mental ,dan  kebanyakan  dari pendatang  yang kalah disini  mulai dari pergaulan , apa yang di lakukkan , dan apa akibatnya ..,

Minggu, 27 Oktober 2013

Rintihan Hati terdalam dari sang Ulama saudi

Dr. Aidh Qarni seorang ulama di Saudi yang terkenal dengan bukunya “La Tahzan” menulis di ansarportsaid.net hari Sabtu 24 Agustus 2013 tentang bagaimana seorang muslim menyikapi kondisi Mesir saat ini. Berikut cuplikan tulisan beliau:

Ketika aku sedang menangis karena meratapi apa yang menimpa umat ini di seluruh dunia Islam, terutama di Mesir dan Suriah, ada seorang kawanku datang bertanya, “Kenapa kau bersedih?” Aku menjawab, “Aku bersedih karena agamaku sedang dalam kesulitan.” Diapun menjawab, “Islam adalah agama Allah swt. Dia sendiri yang akan menolongnya. Bukankah Allah swt. berfirman, ‘”Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.’” [Al-Mujadilah: 21].

Aku berkata, “Kalau begitu, aku menangis karena orang-orang yang dibunuh secara dhalim.” Dia pun menjawab, “Mereka telah berbahagia, in sya’a Allah, hidup dan mendapatkan rezeki di sisi Allah swt.”

Aku berkata, “Kalau begitu, aku menangis karena orang-orang yang terluka, tertawan dan tertindah.” Dia menjawab, “Segala musibah yang menimpa seorang muslim, hingga duri yang menusuknya, pasti akan menjadi penghapus dosa dan kesalahannya. Ujian dari Allah swt adalah kaffaratudz dzunub.”

Aku berkata, “Kalau begitu, aku menangis karena janda yang kehilangan suaminya, anak yatim yang kehilangan ayahnya.” Dia menjawab, “Allah swt. akan menolong mereka. Karena Allah swt. adalah penolong bagi orang-orang yang shalih.”

Aku berkata, “Kalau begitu aku menangis karena ibu yang kehilangan anak-anaknya, atau orang yang kehilangan orang-orang yang dikasihinya.” Dia menjawab, “Hanya orang yang sabar, yang pahalanya diberikan tanpa hitung-hitung.”

Aku berkata, “Aku bersedih karena ahli kebatilan berkuasa di bumi ini, mengalahkan ahli kebenaran.” Dia menjawab “Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” [Ali Imran: 196-197].

Dia pun mengakhiri pembicaraan kita dengan sebuah nasihat, “Karena itulah tidak ada alasan kita menangis. Hapuslah airmatamu. Yakinilah janji Allah swt. Kalau Dia sudah berjanji, tidak ada yang akan bisa menghalangi-Nya. Perbaikilah dirimu sehingga menjadi orang yang layak termasuk dalam firman Allah swt. “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al-Qashash: 83]. (msa/dkw/ansarportsaid).

Sumber: http://www.dakwatuna.com/

Rabu, 23 Oktober 2013

Setetes Minyak, Sebuah Simbol Kekuatan Bangsa, dan Segudang Kepentingan Nasional




Ketika berbicara tentang dunia perminyakan (world oil) pada kenyataannya mempunyai nuansa politik sebesar 90% sedangkan sisanya yang 10% berbicara tentang minyak itu sendiri. Demikianlah apa yang diungkapkan oleh Guildford dalam buku Energy Policy yang ditulis pada tahun 1973. Dan pernyataan itu sudah terukir dalam sejarah bahwasanya, dibalik pertempuran-pertempuran besar dibelakang sengketa antar negara, dibalik perebutan kekuasaan dan kudeta, dibalik dukungan diam-diam kepada tentara pemberontak, serta di latar penyerbuan terang-terangan negara adidaya, ternyata minyak telah menjadi salah satu faktor penting dan penentu yang dapat mengubah wajah dunia. Kentalnya politik dalam aspek minyak bagai tergambar dengan gamblang dalam ucapan Georges Clemencau, salah seorang komandan tangguh pasukan Napoleon dalam Perang Dunia I (1914-1918), "Setetes minyak berharga sama seperti setetes darah dari prajurit kita. Minyak sama-sama diperlukan seperti darah". Jika minyak menduduki posisi yang begitu penting dan strategis sejak jaman dahulu kala, tentu tak heran jika masa sekarang banyak negara, terutama negara kaya dari dunia barat, berlomba-lomba ingin menguasai komoditas ini. Tentunya yang dimaksud dengan perkataan "minyak" disini lebih cenderung kepada minyak mentah (Crude Oil) yang diperoleh pada tingkat upstream (hulu). Karena disinilah yang nantinya akan menghasilkan bahan bakar minyak seperti avtur, bensin, premium, minyak tanah dan berbagai produk lainnya.

Dalam 35 artikel yang dirangkum dalam buku ini, Dirgo D.Purbo telah mengangkat berbagai isyu yang berhubungan erat dengan minyak dan politik di tingkat nasional, regional, dan internasional. Dan ternyata setelah diulas pada kumpulan tulisan di buku ini terlihat tampak jelas sekali bahwa aspek minyak mempunyai dimensi kebijakan keamanan nasional (national security) dan kebijakan politik luar negeri (foreign policy) dari pada suatu negara. Pandangannya yang jernih dan tajam, khas professional, tak bisa dilepaskan dari latar belakang Dirgo yang bekerja selama belasan tahun di beberapa perusahaan minyak multi nasional dan juga usahanya di bidang energi. Selain itu juga jaringannya yang luas di dunia perminyakan membuat Dirgo dapat menyajikan kisah-kisah dibelakang layar yang selama ini luput dari perhatian. Begitu jelinya analisanya seringkali dia juga tak segan bersikap tidak populis, ketika menurunkan artikel tentang ulasannya yang berjudul : Indonesia akan menjadi Net Oil Importer sekitar tahun 2004. yang ditulis pada pertengahan tahun 2002 di majalah Oil Plus dan yang terbaru berupa ulasan untuk mendukung pencabutan subsidi Bahan Bakar minyak (BBM). Dengan adanya suatu rencana pemerintah yang menghendaki untuk perpanjangan kontrak ladang minyak di propinsi Riau, termasuk yang di Cepu dan juga adanya rencana merubah UU Migas yang dari pemahaman vertical integrated menjadi "unbundling" diulas (lihat artikel Kepentingan Nasional dan Lebih Jauh Kepentingan Nasional Yang Terukur), telah diulas di berbagai naskah juga yang memberikan pandangan lain. Naskah-naskah itu dipublikasikan di berbagai media beberapa tahun belakangan ini dengan maksud dan tujuan tidak lebih supaya kebijakan energi ditata kembali secara fundamental sehingga Indonesia kedepan mempunyai posisi sangat strategis agar dapat menghadapi tantangan ekonomi global. Tulusan-tulisan dalam buku ini menjadi ruang wacana yang semakin menarik, karena penulisannya memasukkan unsur geopolitik dalam setiap analisanya, sebuah wilayah yang sangat jarang disentuh dalam tulisan praktisi perminyakan lain, kendati The Seven Sisters : The Great Oil Company and The Worl They Made, Sebuah buku klasik tentang kedahsyatan politik mimyak karya Antohony Sampson telah diluncurkan sejak tahun 1975. Artikel-artikel yang ditulisnya dalam rentang waktu delapan tahun (1997-2005) ini, dianalisa tentunya dengan dukungan atas data dan fakta yang lengkap.

Minyak Mengubah Sejarah Dunia

Sebelum jajak pendapat September 1999, Timor Timur adalah provinsi Indonesia yang ke –27. Wilayah ini memang selalu sarat pergolakan, isyu keamanan dan isyu hak asasi manusia ( HAM ) tak pernah lepas sepanjang perjalanan sejarahnya. Daerah ujung Timur yang kerap diberitakan sebagai daerah ‘miskin’ dan ‘ potensi sumber daya alamnya marjinal itu sontak menjadi sorotan kalangan perminyakan, ketika terbetik kabar di Celah Timor tersimpan kekayaan minyak nyaris mencapai lima miliar barel. Kisah menarik ini dibalik layar lepasnya Timor-Timur yang akhirnya merdeka menjadi Timor Leste itu dituangkan dalam dua artikel yang sarat data (lihat Dibalik Potensi Kandungan Migas di Timor Gap, halaman 7; Deal of The Century, 95). Yang lebih menariknya, banyak kalangan menyatakan cadangan minyak dicelah Timor tidak ada sama sekali justru, ironisnya disampaikan oleh pejabat pemerintah yang membidangi sektor energi.

Kisah lain yang mengubah posisi tawar negara-negara Arab terhadap dunia Barat juga terjadi ketika kekuatan politik minyak ini memporak-porandakan perekonomiannya. Pada tahun 1973, negara-negara Arab dengan cerdik menggunakan senjata minyaknya (oil weapon) untuk melawan negara-negara yang mendukung agnessor Israel dan melawan perang ekonomi (economic war). Pasokan ke AS dan Negara-negara Barat yang diidentifikasikan sebagai pendukung Israel dipangkas hingga 25%. Dampaknya sudah ditebak, sebagian negara mengalami kelumpuhan ekonomi dan harga minyak meroket hingga lima kali lipat dari USD 2,5 hingga USD 11,5 seperti yang diulas dalam artikel Sekilas Mungukur Kekuatan "Oil Weapon". Dideskripsikan bagaimana minyak berperan sebagai sebuah kekuatan yang lebih efektif dari mesin-mesin perang konvensional. Hingga akhir tahun 1975, tercatat tak kurang dari 25.000 transaksi bisnis yang mewakili 90% perusahaan AS terpaksa dibatalkan, Inggris terpaksa mengurangi rasio perdagangannya 10:1 ke Israel, Jerman barat membatalkan investasi 10.000 unit kendaraan ke Israel, 336 perusahaan Perancis masuk daftar hitam, 150 perusahaan Jepang juga diboikot, nasib serupa dialami pula oleh koleganya dari Italia, Belgia, dan Spanyol. "Dunia jangan pernah melupakan bahwa senjata Negara Arab, oil weapon, tidak kalah dahsyatnya dibandingkan senjata nuklir," demikian pernyataan keras Ismail Fahmi, Menteri Luar Negeri Mesir kala itu. Dan senjata itu dapat digunakan lagi sewaktu-waktu jika situasi membutuhkan.

Ketika Amerika Serikat menyerang Irak untuk kedua kalinya pada tahun 2003, dibalik semua alasan pembenaran untuk menyerang Negara Teluk itu, seperti berkomplot dengan teroris hingga menyimpan senjata pemusnah massal – yang belakangan ternyata diakui tidak terbukti kebenarannya ternyata minyak adalah bagian dari kisah dibalik layar yang menjadi pemicunya, dan itu telah diuraikan oleh Dirgo sebulan sebelum AS menyerang Irak, pada artikel berjudul "Haruskah AS menyerang Irak?"

Data yang diungkapkan oleh geolog terkemuka menyebutkan bahwa Irak ternyata menyimpan potensi kandungan minyak sebanyak 112 miliar barel, yang menempatkan Negara itu sebagai penghasil minyak nomor dua setelah Arab Saudi. Sebagaimana diketahui, bahwa 45% kebutuhan minyak dalam negeri Amerika dipasok dari Timur Tengah.

Minyak Sebagai Simbol Kekuatan Bangsa

Jika pada Perang Dunia I minyak disetarakan kedudukannya dengan darah prajurit, maka dalam Perang Dunia II Angkatan Perang Jepang menjadikan minyak sebagai sebuah symbol kekuatan dan kelangsungan (symbol of power and continuity) ketika mereka berhasil menguasai ladang-ladang minyak di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan sebagian Malaysia. Terhentinya langkah Jepang mewujudkan inpian negara Asia Raya juga terpotong oleh pasokan energi (shortage energy), nasib serupa juga dialami tentara ke 3 dibawah pimpinan Jenderal Patton yang terpaksa menghentikan penyerbuan ke Jerman (1944) lantaran kehabisan minyak. Dari catatan sejarah itu, tak pelak lagi bahwa minyak adalah salah satu symbol kekuatan bangsa.

Lantas bagaimanana dengan Indonesia? Sebagai salah satu negara produsen minyak, adalah suatu kewajiban bagi Indonesia untuk mengamankan pasokan energi dalam negerinya. Dalam beberapa tulisan dibuku ini disorot juga pentingnya pengamanan energi untuk memperkuat pertahanan dan keamanan nasional yang dapat kita temukan dalam Pengamanan Sumber Energi untuk Kepentingan Nasional Indonesia; Sukhoi, Aceh dan LNG dalam Kepentingan Nasional dan beberapa artikel lainnya.

Harus diakui, setiap tulisan dalam buku ini ditulis dengan bingkai nasionalisme yang sangat kuat, semata-mata pesan yang disampaikan selalu untuk kepentingan nasional Indonesia. Beberapa pandangannya yang tertuang dalam tulisannya mungkin agak terasa kontroversial karena bertentangan juga dengan beberapa kelompok tertentu. Penulis dengan sangat tegas dan gamblang menolak usul penghapusan Komando Daerah Militer (KODAM), terutama di wilayah-wilayah Indonesia kaya minyak dan sumber daya mineral dengan alasan pada tahun-tahun kedepan bila dilihat dari segi pertahanan dan keamanan negara sepertinya bila KODAM dihapuskan akan mempunyai potensi untuk lemahnya ketahanan nasional Indonesia serta akan menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi Indonesia dikemudian hari.

Gunakan Kekuatan Minyak Untuk Pemulihan Ekonomi.

Tumpukan hutang luar negeri Indonesia yang rasanya terus bertambah tiap tahun, selalu membuat para teknokrat yang membidangi sektor ekonomi berupaya mencari jalan keluar. Dan hutang luar negeri yang semuanya dalam bentuk mata uang dolar(atau mata uang luar negeri lainnya) itu mempunyai kecenderungan terus membengkak disatu sisi, lantaran mata uang rupiah ada kecenderungan bergerak terus melemah. Padahal, sebagaimana diungkapkan dalam beberapa tulisan buku ini, solusinya ada di depan mata. Hanya saja sepertinya ada unsur-unsur yang tidak menghendaki untuk digunakan dikarenakan berbagai alasan dan pertimbangan. Dalam artikel Menuju bangkitnya Ekonomi Indonesia, ada satu pemikiran menarik yang sangat mungkin dapat diterapkan yakni dengan menetapkan peraturan pembayaran minyak dan petroleum produk dalam bentuk mata uang Rupiah dan harus dibayarkan melalui bank Indonesia (BI), serta harus diendapkan dalam waktu sebulan sebelum dana tersebut dicairkan. Nantinya diyakini, dengan memberlakukan system pembayaran ini akan terjadi suatu "rush" untuk permintaan Rupiah.

Mekanisme pembayaran ini, menurut penulis, sebetulnya hanya mengadopsi peraturan transaksi bisnis yang berlaku selama ini, di mana setiap pembelian minyak mentah atau petroleum products selalu menggunakan mata uang dolar yang dibayar dan diendapkan terlebih dahulu di Federal Reserve New York. Mekanisme ini dipastikan akan menguatkan mata uang Rupiah karena akan meningkatkan permintaan terhadap rupiah dalam jumlah besar secara rutin. Penilaian, Dirgo atas gagasan ini tidak lain bahwasanya sebagai negara produsen minyak tentunya punya hak otonomi penuh.

Ada juga gagasan alternative lain yang dapat menguatkan mata uang Rupiah, jika persyaratan seperti diatas diberlakukan kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang duduk sebagai participant interest di ladang-ladang minyak berproduksi, secara otomatis permintaan atas rupiah akan meningkat sangat signifikan. Salah satu contoh kecil; bila BUMD yang terlibat di CPP block di Pekanbaru menjual jatah produksinya yang sebesar 14.000 barel minyak perhari dengan harga rata-rata USD 31, maka pada kurs Rp. 8.700,- akan ada transaksi sebesar Rp.113 miliar setiap bulannya. Bayangkan jika para oil traders diwajibkan untuk transaksi serupa setiap bulannya dengan Rupiah lantas uangnya diendapkan rata-rata satu bulan di BI, maka bisa dipastikan mata uang Rupiah secara bertahap akan menguat sehingga secara umum dapat mengurangi biaya-biaya operasional listrik, telephone, BBM dan gagasan itu akan bermuara dengan akan terciptanya suatu daya beli yang kuat bagi masyarakat. Dari titik sini, Dirgo berkeinginan untuk mengangkat nilai-nilai strategi ekonomi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dan masih banyak lagi gagasan-gagasan yang sangat kreatif mengalir dalam tulisan-tulisan ini seperti bagaimana memanfaatkan dana APBN untuk mendukung kegiatan pengeboran di ladang-ladang bekas PSC (Production Sharing Contract) yang dikelola secara professional dan efisien (Ladang Minyak "Baby Elepant" Menuju Pemulihan Ekonomi) artikel ini muncul sebagai respon terhadap rendahnya tingkat kesuksesan BPPN yang Cuma 1,07% ketimbang potensi keberhasilan di eksplorasi dan produksi sumur-sumur bekas PSC yang dapat mencapai 30%; atau menerapkan strategi Last Tranche Petroleum (LTP) ketika produksi minyak berada di tengah-tengah antara puncak produksi dan field economic limit. Dengan menerapkan LTP, secara otomatis penyerahan kembali pengelolaan ladang minyak ke Pertamina bisa dilakukan lebih awal, sehingga Indonesia bisa mendulang lebih banyak keuntungan ketimbang ditunggu sampai produksinya betul-betul habis; di sisi lain, Indonesia juga dapat meningkatkan kemampuannya untuk menciptakan produk minyak bernilai tambah tinggi (Petroleum Coke, 43). Dalam pengamatannya mengenai kasus Blok Ambalat ternyata Dirgo telah menyinggungnya dalam tulisannya di Jurnal Paskal (Maret 2004-Jurnal PASKAL- yang berjudul Intelijen Dalam Kepentingan Nasional) dan juga dimuat pada Jurnal Intelijen, Kontra Intelijen (Januari Edisi No.4 – 2005) Begitu banyak artikel menarik yang terangkum dalam buku ini, yang dapat dipahami sebagai fragmen yang terpisah-pisah, namun setelah dibaca dalam sebuah kesatuan ternyata mempunyai makna yang saling terhubung untuk kepentingan nasional Indonesia. Satu benang merah yang menyatukan semua tulisan ini ialah ; minyak yang merupakan komoditi sangat strategis adalah symbol kekuatan bangsa, disanalah semua kepentingan nasional dari pada suatu negara di pertaruhkan. Membaca tulisan-tulisan ini membuat kita tersentak dan diingat ; Indonesia sudah terlena terlalu lama hidup dalam paradigma orang lain, sekaranglah saatnya untuk bangkit dan berdiri diatas kaki sendiri.

Selasa, 22 Oktober 2013

Mencari Motif Utama Serangan Militer Barat ke Syria

Seperti beberapa kajian saya terdahulu di Global Future Institute (GFI), Jakarta, bahwa inti sari faktor penyebab peperangan di Syria, selain masing-masing pihak bertikai ingin menduduki ‘geostrategi posisi’ (geostrategy position) di Jalur Sutera, juga dalam rangka memperebutkan ‘geopolitik jalur pipa’ (geopolitic of pipeline). Selanjutnya untuk kejelasan apa dan kenapa geopolitic of pipeline serta bagaimana geostrategi posisi, nanti keduanya kita ulas. Tak boleh dipungkiri siapapun, aktor sesungguhnya konflik di Syria adalah para adidaya baik Barat maupun Timur, baik net oil exporter terlebih lagi jika ia masih net oil importer semacam banyak negara (adidaya) Barat yang haus akan minyak dan gas. Kemudian maksud “Barat” dalam catatan ini ialah Amerika (AS) dan sekutu, dan sudah tentu ada Israel di dalamnya. Dalam konteks ini, Syria cuma proxy war (medan laga) belaka. Tidak lebih. Kendati beberapa analis mencermati kronologis acaranya mirip Taliban yang disingkirkan karena menuntut terlalu banyak atas pipanisasi Unocal di Afghanistan, setidaknya kajian di atas memberi isyarat, bahwa Bashar al Assad seperti hendak disamakan “nasib”-nya dengan Taliban yang harus dilenyapkan karena dinilai bandel, dianggap rezim yang tak mau didekte oleh Barat. Menurut Craig Unger, wartawan lulusan Harvard University, dalam buku House of Bush, House of Saud, Scribner (2004) menulis, bahwa kebijakan politik AS di Timur Tengah selalu berkaitan dengan dua hal: minyak dan Israel. Merujuk statement Unger, lalu disandingkan ulasan Dina Y. Sulaeman, research associate GFI, terlihat ada kesamaan. Menurut Dina, Assad adalah satu-satunya pemimpin Arab yang hingga hari ini tetap teguh menolak damai dengan Israel, bahkan membantu Hizbullah melawan invasi Israel ke Lebanon Selatan, bahkan menyediakan pula perlindungan bagi para aktifis Hamas. Sebelum melangkah lebih jauh, selayaknya dikikis dahulu soal persepsi dan opini bahwa gejolak di Syria itu perang agama, sektarian, atau bentrokan antar mazhab dalam agama sebagaimana gegap gempita berita di beberapa media mainstream, jejaring sosial, media online, dan lain-lain namun dalam kendali Barat. Sekali lagi, opini tadi mutlak wajib dibuang jauh-jauh sebelum melanjutkan tulisan ini. Kenapa demikian, oleh sebab anggapan tersebut hanya deception (penyesatan), ataupun sekedar pengalihan situasi, atau kemungkinan malah taktik false flag yang dikibarkan AS dan sekutu guna menutupi hidden agenda, program yang sesungguhnya. Dalam politik praktis, hidden agenda justru merupakan tujuan pokok, sedang yang terekspose ke publik (open agenda) seringkali hanya ‘kedok’ semata. “Politik praktis memang bukan apa yang tersurat, melainkan apa yang tersirat. Jika Bush berbicara soal hak azasi manusia, maka yang ia dimaksud adalah minyak dan gas alam” (Pepe Escobar, Asia Times, 27/9/2007). Membaca kolonialisasi Barat via modus ‘adu jangkrik’ (divide et impera) selama ini di negara-negara target imperialisme, bahan dasarnya memang pluralisme wilayah baik keragaman etnik, keanekaan sekte, banyaknya agama dan penganut kepercayaan, dan lain-lain meski isue yang ditebar masalah demokratisasi, freedom, pemimpin tirani, hak asasi manusia (HAM) dan seterusnya (Baca: Mencermati Pola Kolonialisme di Syria dan Mesir, www.theglobal-review.com). Pluralisme meski bersifat alami, dari perspektif imperialisme justru menjadi data (bahan) awal bagi skema kolonial yang hendak ditancapkan, bahkan sering malah dijadikan sumbu ledak. Dalam berbagai modus intervensif misalnya, Paman Sam kerapkali mengganggu stabilitas negara-negara “target” dengan dalih serta isue-isue seperti demokrasi, HAM, korupsi, intolerasi, dan lainnya dengan memanfaatkan pluralitas baik kebhinekaan atau heterogenitas sosial politik di sebuah negara. Tetapi uniknya justru hal tersebut sering diabaikan, tidak disadari —atau pura-pura tak menyadari?— oleh berbagai elemen dan elit politik dari bangsa dimaksud. Entah kecanggihan skenario yang dijalankan, atau cantiknya permainan komprador di internal negeri. Entahlah. Yang wajib disadari serta diwaspadai bersama ialah munculnya gejala pada kementerian tertentu, atau institusi-institusi strategis di suatu negara dimanfaatkan sebagai ‘peternakan’ bagi asing. Maksud ’peternakan asing’ disini ialah elit dan pejabat yang ‘duduk’ di dalamnya merupakan bagian dari lingkaran kepentingan kolonialisme di negeri tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Sekali lagi, itulah komprador! Beberapa sesi diskusi di Forum Kepentingan Nasional RI (KENARI), Jakarta, pimpinan Dirgo D. Purbo, memperoleh pointer bahwa conflict is protection oil flow and blockade somebody else oil flow. Ya, konflik hanya untuk melindungi kepentingan aliran minyak. Apakah ia diciptakan? Agaknya butiran KENARI pararel dengan asumsi yang kini tengah dibangun oleh GFI, Jakarta (2013), pimpinan Hendrajit: “Bahwa mapping konflik dari kolonialisasi yang dikembangkan Barat, hampir dipastikan segaris/satu route bahkan pararel dengan jalur-jalur SDA terutama bagi wilayah (negara) yang memiliki potensi besar atas minyak, emas dan gas alam”. Dari uraian di atas boleh disimpulkan walau masih prematur, bahwa konflik di Timur Tengah termasuk yang kini terjadi di Syria, Mesir, dan lain-lain sesungguhnya tak lepas dari kebijakan Paman Sam terkait minyak dan Israel. Mari kita perdalam lagi asumsi Unger tadi. Syria: “Titik Simpul”-nya Jalur Sutera Sebelum membahas motif utama serangan Barat, sebaiknya di-breakdown dahulu dua faktor penyebab sebagaimana disinggung pada awal tulisan ini, kenapa Syria dijadikan proxy war oleh para adidaya guna mempertaruhkan kepentingan nasional masing-masing. Istilah Jalur Sutera atau Silk Road diperkenalkan oleh Ferdinand Von Richthofen, Geografer asal Jerman sekitar abad ke-19. Nama jalur tersebut dipilih karena merujuk pada komoditas unggulan yang diperdagangkan yaitu kain sutera Cina. Inilah jalur melegenda sejak abad ke-2 meskipun kini telah banyak “dilupakan” para ahli strategi dunia. Tak bisa dielak, ia adalah rute (perdagangan) barang dan jasa, jalur ekonomi, kebudayaan, sekaligus sebagai jalur militer global. Jalur Sutera membentang sepanjang 7000-an km dari perbatasan Cina/Rusia – Asia Tengah – Timur Tengah – kemudian ke Eropa dan ke Afrika Utara hingga Maroko (lebih lengkap baca: Catatan Kecil tentang Jalur Sutera, www.theglobal-review.com). Salah satu keuniqan Silk Road adalah (membelah) di antara Dunia Barat dan Dunia Timur. Selain sebagai jalur ekonomi, budaya dan jalur militer lintas negara bahkan benua —– hampir semua negara di sepanjang jalur ini memiliki limpahan potensi kekayaan alam dan penghasil gas, minyak dan banyak jenis tambang lainnya. Inilah “jalur basah” yang menggiurkan kaum kapitalis dunia. Terkait geografi Syria yang merupakan titik simpul Jalur Sutera, dalam perspektif geopolitik disebut geopolitical leverage. Ini seperti “Selat Hormuz”-nya Iran, atau Singapore dengan “Selat Malaka”-nya, ataupun “Terusan Suez”-nya Mesir, dan lain-lain. Jika Indonesia berkehendak sebenarnya akan memiliki banyak geopolitical leverage terutama pada selat-selat dan alur perairan yang sering dilintasi kapal-kapal asing, tetapi sayangnya hal tersebut tidak diberdayakan oleh pemerintah. Bahkan konon, 80% devisa Australia sangat tergantung dari perairan Indonesia. Jujur saja, republik ini mempunyai geopolitic leverage karena letaknya di antara dua benua dan dua samudra, bahkan bila suatu ketika menggeliat dapat ditingkatkan “peran”-nya menjadi geopolitical weapon (senjata geopolitik), semacam gas weapon Rusia terhadap negara di sekitarnya. Contoh riil misalnya, bahwa 100% gas Eropa Timur bergantung pada Rusia. Boleh dibayangkan bila Beruang Merah menutup atau memutus jalur pipa ke Eropa. Bisa beku mendadak mereka. Itulah kedahsyatan gas weapon! Implementasi senjata geopolitik bagi Indonesia, semisal ditutup Selat Lombok, Selat Sunda, atau alur perairan lainnya bagi pelayaran asing dengan alasan kepentingan nasional RI terancam, kemungkinan bisa “terkencing-kencing” Aussie dan banyak negara dunia yang tergantung pada perairan Indonesia. Itu gambaran kasar. Penulis hanya ingin memperlihatkan betapa dahsyat geopolitic leverage yang dimiliki republik ini, terutama bila kelak diberdayakan secara maksimal. Maka siapapun rezim republik ini bila ia menerapkan hal sama —sebagaimana model fee yang dikenakan atas pipanisasi Syria— bagi kapal-kapal asing yang melintas di perairan Indonesia, wajib membayar per kontainer/sekian nominal menggunakan rupiah. Maka selain akan menambah besarnya kontribusi pada cadangan devisa dan APBN dari sektor fee, juga rupiah tak bakalan melemah karena dicari oleh banyak negara. Kembali ke Syria. Sejalan dengan anekdot tua yang hampir dilupakan banyak pakar geopolitik: ‘barang siapa menguasai Jalur Sutera, maka menjadi kunci percaturan dunia, barang siapa menguasai titik simpulnya maka identik menguasai separuhnya!’. Barangkali inilah satu faktor penyebab mengapa Syria diperebutkan para adidaya dunia. Mari kita lihat faktor lainnya. Geopolitik Jalur Pipa Berikutnya membahas geopolitic of pipeline, atau saluran (jalur) pipa di Syria. Ya. Sebagai “titik simpul” di Jalur Sutera, sudah tentu pipanisasi minyak dan gas baik dari dan menuju Syria sendiri, atau pipanisasi yang bersifat lintas negara bahkan antar benua itu ada, nyata dan berada. Tak bisa tidak. Isyarat Dirgo D. Purbo, mentor KENARI, ada fee untuk jasa pipanisasi sebesar 5 USD/per barel. Semacam ‘uang jaga’, atau istilah vulgarnya ‘jatah preman’. Pertanyaannya: berapa juta barel minyak dan gas/per hari dari negara-negara yang melalui pipa-pipa Syria? Keterangan Dirgo, pakar perminyakan Indonesia, ternyata fee sebesar 5 USD/per barel tidak dinikmati oleh Syria sendiri karena outlet pipanisasi yang mengalir ke Afrika Utara ada di Israel, demikian pula outlet jalur pipa yang ke Eropa berada di Ceyhan, Turki. Artinya ada sharing ketiganya bahkan kemungkinan lebih. Artinya berapa prosentase setiap outlet dan berapa untuk Syria, Dirgo tidak menjelaskan lebih lanjut. Belum ada data yang pasti memang, hanya circumstance evidence sebagaimana beberapa analis cermati ketika melihat “nasib” Assad hendak disamakan dengan Taliban yang disingkirkan karena menuntut terlalu banyak atas pipanisasi Unocal di Afghanistan. Agaknya di bawah rezim Assad, Syria dinilai sebagai negara yang tidak mau didekte terkait pipeline. Dan prinsip dasar penilaian geopolitik (Barat), apabila tidak sesuai dengan kepentingan nasionalnya (dan sekutu) maka pemerintah dimaksud mutlak wajib diubah, harus diganti, dikudeta, dan lain-lain. Paman Sam, Turki, Israel dan sekutu menginginkan terjaminnya aliran gas melalui Syria dan tidak menginginkan Assad menghalangi jalur pipa tersebut, ataupun menuntut keuntungan yang terlalu besar. Secara kronologis, sebenarnya tak sulit membaca serta memetakan peperangan di Syria yang terjadi dekade 2011-an, sebab konflik meletus hampir bersamaan dengan penandatanganan nota di Bushehr, Iran, pada 25 Juni 2011 perihal pembangunan pipa gas baru antara Iran-Irak-Syria. Pipanisasi lintas negara tersebut membentang 1.500 km dari Asaluyeh, lapangan gas terbesar di dunia milik Iran; kemudian dari Pars Selatan, Iran —terletak antara Qatar dan Iran— ke Damaskus. Panjang pipa di wilayah Iran 225 km, 500 km di Irak, dan Syria sekitar 500-700 km. Kemudian masih bisa diperpanjang melalui dasar Laut Mediterania ke Yunani. Investasi proyek ini sebesar 10 miliar USD serta mulai beroperasi pada 2014-2016. Luar biasa. Kapasitas yang diproyeksikan adalah 110 juta meter kubik gas/per hari (sekitar 40 miliar meter kubik/per tahun). Irak, Syria dan Libanon telah menyatakan kebutuhan pada gas Iran dengan rincian 25-30 juta meter kubik/hari bagi Irak, 20-25 juta meter kubik untuk Syria, dan 5-7 juta meter kubik hingga 2020 untuk Libanon. Sebagian pasokan gas akan dialirkan melalui sistem transportasi gas Arab ke Yordania. Dan kesepakatan untuk menyalurkan minyak dari ladang minyak di Kirkuk, Irak, ke pelabuhan Banias di Syria juga telah disetujui. Adanya sinyalir bahwa Turki dan Israel akan didepak dari persaingan pipeline ini, membuat kedua negara sepakat untuk berada ‘dibelakang’ para pemberontak atau oposisi anti Assad. Tapi di satu sisi, industri gas Rusia akan terancam jika rezim Syria terguling, sedang di sisi lain, Qatar dan Arab Saudi akan diuntungkan dalam persaingan pasar gas jika Bashar al Assad berhasil digulingkan. Inilah peristiwa yang tengah berposes dan bakal terjadi. Secara geopolitik, tidak heran bila Israel, Qatar, Rusia, Iran dan lain-lain melibatkan diri dalam lingkaran konflik baik mendukung rezim Syria atau dibelakang oposisi anti-Assad sesuai kepentingan nasionalnya. Jalur pipa gas dari Iran tersebut sesungguhnya menguntungkan Syria. Eropa pun akan memperoleh keuntungan, tetapi tampaknya Barat tidak menyukai. Entah kurang puas karena faktor pragmatis atau ideologi. Yang jelas, sekutu-sekutu pemasok gas Barat di Teluk Persia juga tidak senang, terutama Turki tidak akan menjadi pemasok gas nomor satu jika “keluar” dari permainan jalur pipa ini. Tampaknya jelas —walau sekilas— kenapa Syria dijadikan proxy war oleh para adidaya karena dua faktor penyebab yakni “geopolitic pipeline and geostrategy position”-nya di Jalur Sutera, jadi bukan peperangan akibat kuatnya sektarian, konflik agama, atau bentrok antar maszhab dalam agama, dan lain-lain, itu hanya modus false flag yang dimainkan Barat guna menutup hidden agenda sebagai tujuan pokok. Pertanyaannya kini: apa sesungguhnya motif utama (rencana) serangan militer Barat ke Syria? Baik geopolitic of pipeline maupun geo-strategi posisi sebagaimana uraian di atas bukanlah motif utama mengapa Syria menjadi rebutan adidaya, tetapi keduanya hanya faktor penyebab saja. Sekali lagi, mengulang pertanyaan di atas, sesungguhnya apa motif utama (rencana) serangan Barat ke negeri “titik simpul”-nya Jalur Sutera tersebut? Sebelum melangkah untuk membahas motif utama sebagai pokok topik artikel ini, mari menengok kembali surat Hugo Chaves, Presiden Venezuela kala itu kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana dikutip oleh Lizzie Phelan, 2011. Ya. Suratnya terkirim di tengah-tengah bombardier NATO terhadap Libya dengan berbekal Resolusi PBB Nomor 1973 tentang Zona Larangan Terbang (No Fly Zone). Ia menulis: “Ada ancaman yang sangat serius terhadap perdamaian dunia. Sebuah seri baru perang kolonial yang dimulai di Libya dengan tujuan jahat untuk memulihkan sistem kapitalisme global”. Hasil diskusi terbatas di GFI, Jakarta, tentang esensi surat Chavez ke Majelis Umum PBB seperti dicuplik oleh Phelan, diperoleh dua pointres. Pertama, bahwa sistem dan ideologi kapitalis kini di ujung kebangkrutan; kedua, ada modus-modus baru dalam metode kolonial di muka bumi. Dan agaknya, kedua isyarat tadi saling bertaut, berkait serta ada sebab dan akibat tak terpisah. Lalu, dimana letak keterkaitan kedua isyarat dimaksud? Sinyalemen Chaves bukannya mengada-ada. Betapa badai krisis ekonomi dan finansial seperti enggan berhenti menyapu negeri Paman Sam, selain ia sebagai titik inti serta awal krisis ekonomi global, termasuk negara-negara penyanggahnya. Efek domino tidak dapat dielak terutama jajaran Uni Eropa (EU). Tidak hanya ekonomi dan finansial, aspek lain seperti sosial, politik, moral dan lainnya pun diterjangnya. Banyak penembakan-penembakan massal di tempat umum, bahkan di pangkalan Angkatan Laut di Washington yang nota bene merupakan ksatrian militer bisa terjadi penembakan-penembakan. Ada badai, topan, serta banjir yang tak kunjung reda melanda Amerika. Bank-bank dan tidak sedikit lembaga sejenisnya gulung tikar. Ya. Sekitar 90-an bank dinyatakan ambruk. Beberapa negara bagian sepertinya mengambil sikap ingin memisahkan diri. Bahkan pusat otomotif di AS sekelas Detroit pun akhirnya colaps. Tak pelak, penganguran meningkat, unjuk rasa kian meraja lela menggugat kinerja kapitalis. Perlu dicatat, substansi gerakan Occupy Wall Street, Occupy Melbern, dan gerakan sejenisnya yang sempat marak kemarin di banyak negara, intinya memprotes dominasi segelintir elit (1%) super kaya raya, sedang sisanya (99%) biasa-biasa bahkan banyak yang terlunta-lunta. Tata Dunia yang diawaki kapitalis sebagai ideologi unggulan pasca Perang Dingin, sepertinya tengah berdiri di ujung kehancuran. Prof Dr Beat Bernet (21/11), pakar ekonomi Universitas Saint Gallen, Swiss, berani menyatakan bahwa dampak krisis finansial dan ekonomi EU adalah runtuhnya lembaga tersebut. Pasca krisis bank-bank dan lembaga finansial, niscaya akan memunculkan krisis politik. Dan UE di masa mendatang tidak akan bertahan dalam bentuk yang kita kenal saat ini (alias bubar). Hey, benarkah UE bakal bubar? Ia menambahkan, hingga kini tidak ada indikasi akan ada pemulihan kondisi di Eropa bahkan sampai beberapa bulan mendatang. Indikasi yang ada justru menunjukkan sebaliknya. Menurutnya, program penghematan dan kenaikan pajak diperkirakan akan menyulut instabilitas sosial di negara-negara UE. Bahkan akan muncul kekuatan baru yang bakal mengubahnya. Sejak dibentuk hingga kini, UE belum pernah menghadapi krisis separah dan seluas saat ini. Krisis finansial dan ekonomi itu disebut bak bola salju tak terbendung. Bukan hanya sekedar krisis nilai tukar euro saja, melainkan juga akar-akar krisis tersebut begitu dalam, termasuk di antaranya masalah struktur, penurunan kekuatan bersaing dan melemahnya kekuatan finansial anggota UE. Dosen ekonomi Eropa itu menekankan, kondisi saat ini sangat berbahaya dan dimensinya lebih luas dari yang diumumkan secara resmi. Saya tidak yakin krisis ini dapat diselesaikan dengan “payung penalang” atau dana-dana bantuan, kata Bernet. “Solusi yang dibicarakan hanya mampu menutupi permukaan masalah saja, oleh karena dasar krisisnya sangat dalam. Negara-negara yang mengeluarkan dana penyelamatan ekonomi hanya mengulur-ulur waktu. Pada hakikatnya, mata uang euro kini sudah sampai di ujung usianya”, jelas Bernet. Pertanyaan timbul, bagaimana dengan negara inti dan awal (sumber) krisis dalam hal ini AS itu sendiri? Sedangkan efek domino begitu mengerikan sebagaimana dipaparkan oleh Bernet. Betapa ironi. Di tengah krisis multi dimensional tak kunjung usai, Paman Sam justru menyebar militernya di berbagai belahan dunia dengan aneka dalih. Ada paradoks skenario saling bertolak belakang. Di satu sisi, rakyat AS dan sekutu ingin segera ada langkah-langkah nyata perbaikan ekonomi dan penarikan seluruh pasukan, namun di sisi lain, para elit penguasa menebar teror melalui penyebaran pasukan di berbagai belahan dunia. Agaknya inilah isyarat Chaves sesuai esensi suratnya ke PBB, bahwa AS dan sekutunya hendak menggunakan “seri baru” perang kolonial guna memulihkan sistem kapitalisme yang terseok-seok menuju kehancuran. Dan jika merujuk surat Chaves, tampaknya seri baru perang kolonial tersebut telah dimulai di Libya. Apakah itu? Utang Dibayar Bom! Kembali pada pointers diskusi terbatas di GFI, pimpinan Hendrajit, sekurang-kurangnya telah diendus pola atau metode (seri baru) penjajahan yang hendak ditebar oleh AS dan sekutu di muka bumi, dan salah satunya adalah modus ‘utang dibayar bom’. Ya. Utang dibayar bom! Maka merujuk suratnya Chaves tentang seri baru perang kolonial berpola ‘utang dibayar bom’ telah diawali oleh Barat ketika mereka menyerbu Libya. Inilah kronologis secara sederhana. Tak bisa tidak. Keberanian Gaddafi mencetak uang emas/dinar disinyalir merupakan titik awal. Ia menyatakan bahwa sistem transaksi minyak Libya harus menggunakan dinar, bukan uang kertas (US Dollar) seperti biasanya. Hal tersebut membuat AS dan UE geram sebab mereka berutang lebih 200 miliar USD atas minyak Libya. Secara kasuistis, gempuran Barat terhadap Libya hampir mirip dengan serbuan militer AS dan sekutu ke Irak, oleh karena salah satu penyebabnya —meski banyak penyebab lainnya— diawali ketika Presiden Saddam Hussein menyatakan transaksi minyaknya harus menggunakan uero, bukan dolar AS lagi. Kebijakan (rencana) Saddam tadi membuat rezim Bush Jr marah besar dan berujung invasi militer oleh AS dan sekutu ke Negeri 1001 Malam dengan isue: ‘Saddam menyimpan senjata pemusnah massal’. Stigma bergerak. Itulah modus lanjutan yang bisa dipotret dalam invasi ilegal dimaksud. Artinya ketika di lapangan tidak ditemukan senjata pemusnah massal (bahkan hingga kini tak terbukti), maka isue pun berubah ‘melawan pemimpin tirani’. Selanjutnya tatkala Saddam berhasil digantung oleh Bush Jr, maka stigma pun diubah lagi menjadi ‘menjaga stabilitas’, demikian seterusnya. Sekali lagi, itulah sekilas cerita ‘stigma atau isue bergerak’ yang pernah dimainkan Barat ketika Saddam berkuasa, dimana hakiki stigma sejatinya hanya dalih dan pembenaran bagi pendudukan AS dan sekutu di Irak. Kembali ke Libya. Selain daripada itu, bahwa konsesi para korporasi minyak milik Barat di Libya berakhir tahun 2012-an. Gaddafi mengatakan bahwa jika mereka tidak segera membayar utangnya dengan uang emas, maka konsesi baru akan diberikan kepada perusahaan-perusahaan minyak milik Rusia dan Cina (http://libyasos.blogspot.com/). Sudah barang tentu deadline itu membuat para pemilik korporasi minyak Barat kebakaran jenggot. Sebagaimana uraian sekilas di atas, khusus dalam prinsip dasar geopolitik (Barat), apabila suatu negara dinilai tak lagi selaras dengan kepentingan nasionalnya (dan sekutu) maka pemerintah dimaksud mutlak harus diganti, dikudeta, dan lain-lain. Singkat cerita, terbitnya Resolusi PBB Nomor 1973 tentang No Fly Zone bagi Libya yang mandatnya turun ke NATO, sejatinya ialah penerapan modus kolonial baru bertitel “utang dibayar bom”! Dugaan GFI, sasaran berikutnya dalam metode ‘utang dibayar bom’ pasca Libya adalah Cina dan Jepang. Kenapa Jepang, bukankah ia sekutu dekat Paman Sam di Asia? Dalam politik, tak ada kawan dan lawan abadi tetapi kepentingan sebagai ‘tuhan’. Kalau Cina sudah jelas, selain ia merupakan kompetitor dalam mengkonsumsi BBM (separuh) di pasar dunia, juga dalam beberapa asymmetric warfare sepertinya Cina lebih unggul daripada Paman Sam. Simak utang AS kepada kedua negara tadi. Cina menguasai surat utang milik AS sebesar 1,107 triliun USD, meski September 2011 turun dibanding per Juli 2011 yang sebesar 1,173 triliun USD. Entah 2013 kini. Mungkin lebih berlipat lagi angkanya mengingat, selain ekonomi AS belum stabil, juga munculnya berbagai bencana yang tak kunjung usai menyapu kota-kota di Amerika. Sedang Jepang selain merupakan partner dagang terbesar, ia menguasai surat utang AS hingga mencapai 1,038 triliun USD (Detik.com, 02/02/2012, 08:35:56, Ini Dia Pemberi Utang Terbesar AS). Isue dan pemicunya diperkirakan sengketa Kepulauan Diaoyu/Senkaku antara Cina versus Jepang. Disinyalir AS akan kembali menerapkan metode “utang dibayar bom” seperti ia dan NATO membombardir Libya era 2011-an dulu. Sengketa kepulauan bakal dijadikan isue, pemicu sekaligus skenario utama dalam melancarkan seri baru penjajahan melalui taktik divide et impera. Adu domba negara-negara proxy. Kembali ke Syria lagi. Hipotesa pun berkembang: apakah motif utama AS dan sekutu menyerang Syria ialah guna menerapkan kembali modus utang dibayar bom seperti yang ia lakukan di Libya, atau (kemungkinan akan dilakukan) terhadap Cina dan Jepang? Mari kita telaah hipotesa ini agak dalam. Memang tak diketemukan data utang AS kepada Syria, demikian pula sebaliknya sebagaimana utangnya terhadap Libya, Cina, Jepang, dan lain-lain. Akan tetapi tagihan PBB pada AS ternyata cukup besar. Data 2010 menyebut, bahwa ia memiliki utang sebesar 1,2 miliar USD (15 Oktober 2010 17:14 wib, Fajar Nugraha – Okezone). Tidak bisa dielak, angka itu setara dengan seperempat tunggakan iuran dari keseluruhan anggota PBB. Entah sekarang. Kemungkinan justru lebih membengkak mengingat sistem perekonomian Paman Sam belum pulih. Pertanyaanya: siapa bisa ‘menekan’ superpower untuk segera melunasi utangnya kecuali PBB? Inilah asumsi pembuka. Sebagaimana dibahas bab terdahulu, Syria kini tengah merintis pembangunan pipa gas dari Irak dan Iran. Seandainya hal ini terwujud, maka Syria akan sangat kaya dan bahkan kuat karena faktor fee atas geopolitic of pipeline dan geo-strategi posisi di Jalur Sutera. Hal yang sangat dikhawatirkan oleh Israel karena saluran pipa ke Mediterania mutlak harus melalui Syria, walau outlet pipanisasi yang menuju Afrika Utara ada di Isreal dan outlet ke Eropa berada di Turki (Ceyhean), tetapi Syria merupakan “titik simpul” dari semua pipanisasi minyak dan gas di Jalur Sutera. Sekali lagi, betapa dahsyatnya pemberdayaan geopolitik Syria oleh Presiden Bashar al Assad. Pada mapping geopolitik di Jalur Sutera jelas terbaca, bahwa Israel dan Turki yang ketempatan outlet saluran pipa Iran-Irak-Syria sebagaimana nota di Bushehr, Iran, 25 Juni 2011 adalah sekutu dekat Barat. Maka guna penguasaan pipeline dimaksud, rencana penggulingan rezim Assad adalah langkah pasti. Tak boleh tidak. Inilah beberapa kronologis acara. Ketika Arab Spring sukses menerjang Tunisia, Yaman dan Mesir tetapi ternyata gagal di Iran, termasuk Syria, maka kualitas isue pun ditingkatkan menjadi ‘perang sipil’ yang diawaki oposisi anti-Assad yang didukung sepenuhnya oleh Barat (baca: Mencermati Pola Kolonialisme di Syria dan Mesir, http://www.theglobal-review). Sudah tentu bumbunya adalah sektarian sebagai citarasa terlezat bagi konflik-konflik di Timur Tengah. Dalam perang sipil pun sempat dimunculkan beberapa goro-goro agar supaya terbit Resolusi PBB sebagaimana lazimnya di Libya, Irak, dan lain-lain. Pertama adalah tuduhan genosida (pelanggaran HAM) terhadap militer pemerintah Syria di Hawla. Isue inipun terbantah dan tak terbukti sehingga dalih humanitarian intervention PBB tak jadi ‘mendarat’ di Syria. Kedua, tuduhan penggunaan senjata kimia oleh militer Assad yang hingga kini masih tarik ulur antara Rusia versus AS. Kendati Tim Pertama PBB dibawah pimpinan Carla Del Ponte, anggota Komisi Independen untuk Penyelidikan di Syria sudah mengatakan: “Kami tidak menemukan bukti bahwa pasukan pemerintah Damaskus menggunakan senjata kimia terhadap milisi bersenjata” (Reuters, Senin 6/5/13). Tampaknya kini Barat menggelorakan kembali tuduhan penggunaan senjata kimia kepada militer Syria. Silahkan dihitung, sudah berapa tahapan skenario bila dimulai dari Arab Spring hingga senjata kimia guna melengserkan rezim bandel —-di mata Barat— seperti Bashar al Assad. Kuat dugaan penulis, apakah gagal atau terlaksana perihal (rencana) serangan Barat ke Syria, maka motif utamanya ialah utang dibayar bom sebagai metode pamungkas. Entah guna melunasi berbagai utangnya baik kepada Cina, Jepang, atau PBB, dan lainnya, inilah motif utama yang dapat dibaca. Ya. Menguasai Syria ibarat mengendalikan separuh Jalur Sutera, terutama konpensasi fee atas setiap pipanisasi disana. Teorinya ada: “Kapitalisme yang terjebak krisis akhirnya membuahkan fasisme, sedang fasisme ialah perjuangan penghabisan para monopolis kapitalis yang terancam bangkrut” (Bung Karno, 1959). Mungkin inilah jawaban atas surat Chaves dahulu. Itulah satu-satunya jalan! Terimakasih.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Peran NAMRU dan Konspirasi Global di INDONESIA

Sebenarnya apa tujuan NAMRU ada di Indonesia? Apakah laboratorium milik AS ini bertanggung jawab atas penyebaran Flu Burung di Indonesia? Sejauh ini apa manfaat yang diterima pihak Indonesia dari keberadaan lab yang di kelola angkata Laut Amerika itu sehingga terus dipertahankan?

NAMRU bercokol di Indonesia lebih dari 30 tahun dengan tujuan untuk riset medis dan keilmuan yang berfokus pada penyaki-penyakit tropis. Apakah ini bagian dari strategi Amerika untuk menguasai kawasan jika nanti pecah perang Pasifik #2? Kono Jepang kalah perang Pasifik pada perang dunia II, diakibatkan banyak tentaranya yang mati oleh nyamuk malaria.

Kita ketahui bersama, Naval Medical Research Unit No 2 (NAMRU-2) adalah lembaga riset biologi Amerika di Indonesia yang bekerjasama dengan Rockefeller Institute Amerika. Mereka memiliki program rahasia yang dinamakan Viral Diseases Program (VDP), program riset yang meniliti epidemologi virus demam berdarah, influenza, ensefalitis, dan rickettsioses. Lembaga tersebut diketuai oleh David Rockefeller. Jadi dari awal saya ingin bilang bahwa, NAMRU memang adalah lembaga virus.

NAMRU-2 sering dicurigai membawa misi rahasia Amerika, seperti mengembangkan senjata biologi pemusnah massal. Kecurigaan tersebut sangat berdasar mengingat pidato David Rockefeller saat ia berbicara di hadapan Komisi Trilateral Amerika pada bulan Juni tahun 1991 silam. Rockefeller mengatakan,

"Kami berterima kasih kepada harian Washington Post, harian New York Times, Time Magazine dan media cetak lainnya atas kebijaksanaan mereka mau menepati janji selama hampir empat puluh tahun ini. Kami sendiri tidak mungkin bisa mengembangkan rencana kami untuk dunia jika harus tunduk terhadap peraturan transparasi informasi. Namun saat ini fasilitas kami lebih canggih dan kami siap untuk mendukung Amerika."

Laboratorium NAMRU-2 berada di Indonesia sejak 1975 berdasarkan perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan AS 16 Januari 1971. Keberadaannya sendiri bukan tanpa alasaan. Ini dikarenakan terjadinya wabah penyakit pes di Boyolali 1968 dan karena pemerintah Indonesia belum mampu menanggulangi wabah tersebut maka pemerintah Indonesia meminta bantuan AS.

Alasan inilah yang perlu kita perdalam lebih jauh. Pertanyaannya adalah kenapa harus Amerika dan NAMRU-2-nya yang kemudian hadir menyelesaikan masalah pes ini? Tentu ini bukan tanpa sebab. Naiknya Soeharto menduduki tampuk RI-1 memang tidak lepas atas peran besar Amerika. Sebagai pihak yang berjasa besar dibalik naiknya Soeharto, Amerika merencanakan segala program untuk mengontrol Indonesia baik dari eksploitasi sumberdaya alam seperti Freeport, maupun kesehatan, termasuk Namru. Karena itu tidak heran, kita baru mendengar nama Namru akhir-akhir ini, karena selama ini kegiatan Namru berusaha ditutup rapat-rapat oleh Soeharto dan memiliki otonomi sendiri.



Hal ini terus berlangsung hingga masa pemerintahan SBY. Siti Fadhilah Supari didapuk menjadi Keynote Speaker dalam acara Kajian Zionisme Internasional, 2009 silam. Disitu, Bu Siti Fadhilah mengatakan sebenarnya rencana pemberhentiaan (atau pencopotan?) dirinya sebagai Menkes sudah berlangsung jauh-jauh hari. Konon, Amerika gerah dengan ulah beliau dalam menguak konspirasi dibalik strategi NAMRU-2 menyebarkan virus di Indonesia.
Siti Fadilah Supari secara terang-terangan melarang semua rumah sakit di Indonesia untuk mengirimkan sampel virus flu burung ke NAMRU. Sebab, kontrak kerjasama dengan Namru telah berakhir sejak Desember 2005.

Dalam bukunya yang berjudul 'Saatnya Dunia Berubah', Siti Fadilah Supari juga menyoroti WHO dan negara asing lainnya memanfaatkan sampel virus flu burung Indonesia untuk dibuat vaksin, yang selanjutnya dijual ke Indonesia dengan harga mahal.

Pada 16 Oktober 2009, pemerintah secara resmi menghentikan kerjasama dengan NAMRU-2. Penghentian kerjasama ditandai dengan sebuah surat. "Dengan hormat, pemerintah Republik Indonesia menyatakan pemberhentian kerjasama," demikian isi surat Siti Fadilah kepada Duta Besar Amerika Serikat, Cameron Hume.

Namun bukan berarti ditutupnya NAMRU-2, strategi Amerika mengendalikan sektor kesehatan Indonesia menjadi berakhir. Pasca ditutupnya NAMRU-2, IUC (Indonesia USAID Center for Biomedical and Public Health Center) digadang-gadangkan mesin baru Amerika di Indonesia dalam bidang kesehatan. Forum baru itu dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan Indonesia dan Departemen Kesehatan Amerika.

Menurut Fahmi AP Pane, Staf Ahli Fraksi PPP DPR RI, kriteria peneliti AS di IUC dan klausul keistimewaan yang dulu diberikan kepada peneliti NAMRU-2, seperti kekebalan diplomatik dan kebebasan bergerak di seluruh wilayah Indonesia, mekanisme transfer material, dan lain-lain juga belum terjelaskan kepada DPR RI dan publik. Padahal, itu tergolong kepentingan publik sebagaimana Pasal 2 Undang-Undang No 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Maka kita harus terus memantau pergerakan dari IUC ini.

Terkait strategi perang pasifik, hal itu memang tidak dapat dipungkiri, karena keberadaan Namru-2 sendiri juga berperan sebagai alat diplomasi Amerika di dataran Asia Pasifik. Di Indonesia, NAMRU-2 boleh ditutup, tapi tidak untuk beberapa negara lain di Asia Tenggara, seperti Laos, Singapura, Thailand, dan Kamboja. Mereka terus berjalan hingga detik ini.

Jumat, 18 Oktober 2013

Arti dari sang Pemimpi

Beberapa hari  yang lalu   ada yang  bertanya tentang judl blog ini "Sang peminpi yang  Masih bermimpi " , berarti masih tidur dong ? katanya .. Memang jika kita  mengartikan kata di dalam  makna sempit pasti pikirannya  adalah sedang  tidur ,, namun  arti dari sebuah judul itu sangat mendalam dan sangat berarti  , dan mungkin ini  bisa jadi pemicu akan terjadiny revolusi di dalam diri  saya hususnya  selaku pembuat blog ini dan  , inspirasi  bagi  yang membaca  blog ini ,, dan pasti akan timbul pertanyaan ,, mengapapa sang pemimpi yang masih bermimpi .
     jika kita artikan secara bebas  sebenarnya arti dari  judul blog ini yaitu , seorang  yang memiliki tekat dan ambisi  dalam meraih cita cita (pemimpi ) orang yang  memiliki  impian  besar  , namun di ujung nya ada kata  "yang masih bermimpi " artinya  dalam  menggapai impian itu  tidak lah mudah baginya  , beribu hambatan dan  tantangan baik itu datang dari keluarga dan  lingkungan yang itdak sangat tidak bersahabat , jadi   mimpi  yang sebenarnya  selalau kan di capai itu  seolah olah jalan di tempat , dan masih sangat dan  jauh di depan  untuk dapat di raih , dalam artian  yang masih bermimpi , masih  tidur/tidak bergerak  dan terlena akan  lingkungan yang  nyaman sehingga  melumpuhkan  impian  yang akan di gagapinya ...
    namun sumua itu pasti berakhir dan akan tercapai dengan berubahnya waktu, dan waktu itu yang akan merubah itu sendiri dengan  tekad dan  iktikad yang sudah tertanam dalam diri  dan raga ini . 

Rabu, 16 Oktober 2013

Sang Matahari dan Sang Rembulan

Hai sang Purnama?  yang selalu tepat waktu  menampakkkan diri dalam  gelap malam di waktu yang semestinyta  engkau muncul ,menerangi  malam  gelap  yang tak di sinari cahaya lampu buatan manusia, menerangi  gelapnya hati yang lagi di balut kesepian dan ke gundahan. Purnama kenapa kau tak muncul berbarengan dengan munculnya Matahari  pagi , mungkin itu akan sangat indah  dimana  matahari pagi akan memancarkan sinarnya yang dominan  untuk memberi kelanjutan  kehidupan di bumi ini , dan kau  muncul hanya untuk rang yang lagi sangat menginginkanmu. namun itu tidak akan terjadi  karna kau sangat taat akan peraturan yang sudah di buat sang maha pencipta, dan itulah seharusnya yang  kau lakukan  yakni menjalankan segala perintahnya sesuai dengan aturan yagn relah ia buat.
    namun  jika sifat yang kau miliki  kau wariskan kepada salah satu orang di muka bumi ini  yang mana  akan selalu menerangi gelapnya hatiku, akan sungguh berbeda kehidupan ini  kapan  itu akan datang kepadaku. dan saya  percaya suatu hari nanti sang kekasih hati yang di utus Allah  pasti juga akan sampai di  hadapan hati juga dan di terima  dengan sukacita, sehingga hati yang  gelap ini akan selalu di terangi  cahaya matahari  di siang hari yang mana dapat menumbuhkan  bunga-bunga  di hatiku karna  tanpa matahari  takkan ada proses pembutan makanan pada tumbuhan ,  dan menrangi ku di malam hari dengan cahaya yang tidak  terlalu  kuat dan terang namun membawa kedamaian di hati  dan kasihsayang yang akan di jalin. Matahariku dan Bulan Purnamakiu  

Selasa, 15 Oktober 2013

Selamat Hari Raya Idul Adha

selamat hari raya Idul Adha  15 oktober 2013. apa sebenarnya hakikat dari hari raya idul adha itu ? apakah hanya  sebatas  hari  raya ummat islam saja  dan hari libur nasional ,atau hanya sebatas  mengorbankan harta untuk mengorbankan segelintir harta untuk membeli hewan kurban itu untuk  di kurbankan ?. apa sebenarnya hakikat dari  kurban itu ? apa di balik semua  pengorbanan  itu ?
      namun di hari ini saya dapat banyak pelajaran dari  hakikat kurban itu sendiri, dimana setiap ummat  dan hamba Allah  yang  mengurbankan sebagian hartanya untuk di bagikan kepada ummat yang juga lagi tidak bisa berkurban  ,, atau  tidak mampu ,dan lebih tepatnya kita sebut  pakir miskin.
 namun  sekarang ini  jika kita perhatikan  bukan saja  pakir miskin yang  mendapatkan  bagian  kurban dari orang yang berkurban tersebut  namun semua dari  mereka  mendapatkan  dagin kurban  itu  kenapa ? apakah  panitianya salah memberikan  kupon tiket kepada orang ? atau dia tidak tahu  membedakan warganya yang  mampu dan  kurang mampu .
        namun  di balik semua itu  hakikat dari kurban itu adalah ke ikhlasan kita dalam berbagi  dengan  sesama ummat muslim yang mana mengorbankan segelintir harta kita untuk  saling berbagi  dengan  sesama muslim. dimana  seekor  hewan di sembelih  namun  akan di  nikmati  banyak orang  bukan kah itu  suatu  pengorbanan yang sangat mulia ?  dengan menjauhkan sikap egois kita  kita rela saling membuka hati  baik itu  orang  yang mampu dan tidak mampu saling  membahu dan saling  membagi  keberkahan daging kurban . bukan kah itu sungguh  indah  dan sangat menarik , disitulah terdapat  keindahan dari  agama Allah ini  ISLAM .
     mudah mudahan dengan  pelajaran yang saya dapat hari ini  semakin mendekatkan  saya kepada ALLAH SWT yang selalu  meberi hikmah  di dalam kehidupan ini , 

Rabu, 09 Oktober 2013

Berilah aku jalan terbaikmu ya ALLAH

syukur ya Allah masih kau berikan kepada hamba  mencicipi nikmat yang senantiasa  kau berikan kepada hamba  dan saya pasti tidak dapat menebus atas semua nikmat yang telah  kau berikan kepada hamba  kecuali hanya bertekuk lutut,,bersipuh manja, dan menangis  di hadapanmu meminta maaf atas segala perbuatan  yang telah aku lakukan  dan itu bertentangan dengan  norma kehidupan yang telah kau atur  sedemikian  rapi di muka bumi ini sebab hanya engkaulah maha pencipta atas apa yang ada  di dunia ini untuk dapat kami nikmati dan rasakan  dan hanya engkaulah  yang maha pengasih dan maha penyayang  yang mana  setiap  hambamu ini  akan selalau mencari cinta dan kasihnya dan  kebanyakan dari kami  menafsirkan cinta itu  hanya  sebatas  relasi sesama manusia  dan tidak mengikutkan peranmu di dalamnya tentu ini sangat  bertentangan  dengan ayat ayat yang telah kau turunkan kepa Rasulmu  untuk selalu  berpegang  teguh akan  Qur'an dan Hadist.
    ya Allah tunjukkanlah kepada hamba petunjukmu dan berilah kepada hamba jalan  dimana  jalan itu  akan bermuara di  tempat yang kau ridhoi akhirnya sebab  sebaik-baik  kami adalah  hanya orang yang  mendapat pengampunanmu dan ridomu di hari akhir kelak . 

Senin, 07 Oktober 2013

Gadis itu

Gadis itu cantik. Berkulit putih. Berwajah manis. Tubuh yang tinggi semampai. Cocok sekali menjadi gadis sampul atau sejenisnya. Dulunya dia seorang gadis yang “agak bandel”, melawan perkataan orangtua, sering berbohong, sering pacaran, mengenakan pakainan yang tidak seharusnya, dan perilaku yang tidak sesuai ajaran agama Islam. Tapi itu duluuu..
Sekarang dia berubah menjadi gadis yang begitu mulia. Tutur katanya yang menyejukkan. Sopan santunnya. Cara berpakaiannya, dengan jilbab dan khimar. Semua kelakuannya berlandaskan syaria’t Islam. Aku sangat kagum dengan sosok gadis itu. Dia sangat mempesona. Jika seorang wanita muslim melihat dia, atau hanya baru mengenal dia. Pasti hati nuraninya memiliki keinginan untuk menjadi seorang muslimah seperti gadis itu. Aku sendiri pun berkeinginan menjadi muslimah seperti dia.
Aku dan gadis itu begitu dekat. Kami bersaudara, walaupun tidak sedarah. Dari kecil kami selalu bermain bersama. Bila ada hari libur, biasanya aku menginap di rumahnya atau dia menginap di rumahku. Kami begitu kompak. Terkadang kami berantem, tetapi nanti baikan sendiri. Kami main lagi. Tertawa bersama, menangis bersama, kemana-mana bersama.
Tetapi seiring dengan perputaran waktu. Kami tumbuh menjadi gadis remaja. Dulu waktu gadis itu dan aku masih berada dalam masa jahiliyah (read: nakal) kami masih tetap bersama. Berbagi kisah, berbagi canda, berbagi tawa, dan berbagi tangis. Namun, ketika gadis itu harus pindah ke tempat yang lebih aman dalam pergaulan. Dia dipindahkan sekolah oleh kedua orangtuanya. Gadis itu harus pindah ke sekolah yang berbasis Islam. Dan di sana juga harus menginap di asramanya. Aku merasa kehilangan sosok kawan plus sahabat terdekatku. Tapi aku memakluminya, karena mungkin ini yang terbaik untuk menyelamatkan akidahnya.
Aku juga merasa ada yang tidak beres dalam dirinya ketika masih bersekolah di sekolah yang dulu. Waktu itu aku sudah sedikit memahami agama yang aku anut dari lahir. Mungkin karena ingin menyelamatkan aqidah gadis itu makanya kedua orangtuanya memindahkan sekolah gadis itu.
Awal-awal dia berada di sekolah yang baru, hubunganku dengan gadis itu baik-baik saja. Masih seperti dulu. Aku juga bersyukur dengan perubahan fisik yang ada pada dirinya. Pakaiannya. Dan cara berbicaranya. Namun lama-kelamaan aku merasa hubungan kami semakin longgar. Dia lebih suka menghabiskan waktu liburnya bersama kawan-kawan barunya. Aku merasa seakan aku ‘dibuang’. Ketika aku ikut bergabung, bermain bersama kawan barunya, aku merasa dihiraukan. Entahlah… apakah ini hanya perasaanku saja.
Tapi aku rindu. Rindu akan suasana keakrabanku dengan gadis itu. Tawa bersama. Kisah bersama. Tangis bersama… aku ingin bercerita lagi tentang kehidupanku dengannya. Karena aku pikir dia yang memahamiku. Namun, ketika aku ingin bercerita, dia tak ada waktu luang lagi untukku. Jika ada, dia tak dengarkan sepenuhnya. Sedih? Aku sangat sedih sekali. Mendapat perlakuan dari saudara yang aku sayangi seperti itu.
Ya Allah… tunjukkan dimana letak kesalahan hamba. Hamba ingin bersamanya lagi seperti dulu, bagi kisah, tawa, canda, dan tangis. Aku memang bangga dengan perubahannya yang sekarang. Tapi kenapa hubungan kami yang dulu akrab tidak ada lagi. Ya Allah… maafkanlah jika hamba mempunyai kesalahan dalam berprasangka. Tapi hamba hanya ingin seperti dulu. Keakraban kami, kehangatan kami bersama. Aamiin..

Selamat pagi GURUKU

Jam 7.45 WIB ku lihat seorang lelaki tua yang belum terlihat tua berjalan gagah penuh semangat di jalanan desa. Dengan baju rapih dan rambut klimisnya, tidak lupa dengan parfumnya yang menyengat bahkan ketika dia sudah berlalu bau parfum itu masih tercium jelas.
Pak Sari nama lelaki itu, seorang guru SD yang sudah berpuluhan tahun mengajar di SDN Darussalam Kota Tangerang dekat rumahku.
Perjalanan yang lumayan jauh ditempuhnya berjalan kaki dengan semangat menyapa setiap orang yang dilaluinya dengan senyum ramahnya. Padahal umur sudah tidak memungkinkan untuk itu. Tapi semangat mengalahkan usia tuanya untuk tetap mengajar para siswanya.
Aku Kiki siswi yang pernah sekolah disana lebih tepatnya alumni SDN Darussalam Kota Tangerang. Kira-kira sudah 6 tahun aku lulus sekolah SD dan sekarang aku sudah tamat sekolah SMK di 2013 ini.
Bertahun-tahun lamanya pak Sari belum terlihat perubahan darinya. Tetap tegas, gagah, semangat dan bau parfumnya yang menyengat itu :D juga terkadang dengan guyonan khasnya.
Dan sudah selama itu juga aku tidak pernah masuk ke sekolah itu lagi yang sudah berubah 100% dari 6 tahun lalu. Dan tanggal 15 Juli 2013 ini aku masuk kesana mengantarkan adikku Sevi yang duduk di kelas 2.
Kuperhatikan guru-guru disana banyak yang tidak ku kenal. Perhatianku tertuju pada satu guru yang kuceritakan di atas.
Pak Sari dengan wajah ceria tapi tetap gagah berbicara di depan murid-muridnya yang berbaris di lapangan. Pak Sari menjelaskan tentang kelas baru mereka karena hari itu adalah tahun ajaran baru.
Aku coba membandingkan pak Sari dengan guru-guru yang lebih muda disana tapi tetap saja yang lebih beraura adalah pak Sari bakan yang lain terkesan biasa saja.
Semoga sosok pak Sari bisa menjadi inspiratif bagi guru-guru yang lain dan remaja seperti aku :).
THE END
Cerpen Karangan: Nurhikmah Hakiki
Facebook: Nurhikmahhakiki[-at-]yahoo.com

Kolak pelangi dan sholat Dhuha

Ramadhan pasti identik dengan pasar dadakan. Di antara kerumunan pedagang yang jumlahnya puluhan itu, terlihat seorang gadis bersama ibunya sedang berjualan kolak. Namanya Aisyah. Sekarang Aisyah dan ibunya menjadi pedagang takjil dadakan. Namun tidak setiap hari dagangan mereka habis terjual.

Suatu hari timbul pertanyaan di benak Aisyah.
“Bu, kenapa kolak itu warnanya selalu coklat, kenapa tidak pink atau warna lainnya?, ujar Aisyah kepada ibunya.
“Kolak itu warnanya coklat karena diberi gula jawa”, jawab ibu dengan penuh senyum.
“Bu, besok kita buat kolak dengan warna lainnya ya Bu”, kata Aisyah penuh semangat. Ibunya hanya tersenyum geli mendengar ideanaknya.

Kolak berwarna itu terus memenuhi kepala Aisyah. Ia ingin sekali idenya menjadi kenyataan. Jika minta uang kepada ibu, pasti ibu keberatan. Sedangkan uang sakunya sedang tidak ada. Tiba-tiba nasehat Bu Rita di sekolah berdengung di telinganya. “Sholat dhuha adalah sholatnya orang-orang kaya, karena dalam sholat dhuha kita meminta agar dilapangkan rezki, dimudahkan rezki, dan ditambah rezkinya. Setelah mengingat-ingat nasehat tersebut, langsung ia pergi ke kamar mandi nutuk berwudu. Dilaksanakannya sholat dhuha dua rakaat dan tak lupa berdoa. Tak lama setelah Aisyah selesai sholat, datanglah seorang tukang pos. Aisyah heran. Apakah gerangan?…
“Apa ini rumah Aisyah?, tanya si tukang pos.
“Benar Pak”, jawab Aisyah heran.
“Ini ada kiriman surat”, kata si tukang pos sambil menyodorkan sebuah amplop.

Dengan perasaan heran bercampur gugup dibawanya ampop misterius itu ke dalam rumah. Setelah dibuka isinya ternyata surat untuk pengambilan hadiah. Ia lupa beberapa hari yang lalu ia mengikuti lomba teka-teki silang di majalah. Bukan main senangnya hati Aisyah. Hadiahnya akan diambil di kantor pos kecamatan besok.

Keesokan harinya setelah pulang sekolah, Aisyah mengajak sahabatnya Rahmi dan Dewi.
“Rahmi, Dewi, ke kantor pos yuk”, ajak Aisyah penuh semangat.
“Mau kirim surat ya?”, Tanya Rahmi.
“Tidak, aku menang teka-teki silang di majalah, jadi hadiahnya diambil di kantor pos”, ujar Aisyah.
“Go to kantor pos”, Dewi memecah pembicaraan mereka dengan bahasa inggrisnya yang campur aduk.

Tanpa pikir panjang, mereka bertiga langsung pergi ke kantor pos kecamatan. Nasib Aisyah kurang beruntung, kantor pos sedang ramai. Terpaksa mereka sabar menunggu antrian habis.

Setelah satu jam menunggu, barulah giliran Aisyah. Disodorkannya surat itu ke petugas pos. Akhirnya surat hadiah itu sudah berubah wujud menjadai sejumlah uang.
“Kita pulang yuk”, ajak Dewi.
“Nanti dulu, selanjutnya kita ke pasar”, jawab Aisyah.
“Mau beli apa”, tanya Rahmi heran.
“Aku mau beli bahan kolak”, jawab Aisyah.

Mereka langsung ke pasar di dekat kantor pos. Pencarian bahan kolak dimulai. Pisang, kelapa, dan gula telah di tangan mereka. Tinggal dua bahan lagi, perisa buah dan ubi ungu.
“Kolak kok pakai rasa buah”, Tanya Weni.
“Ini kolak yang beda dari yang lain”, jawab Aisyah penuh semangat.

Perisa buah telah di tangan mereka, namun ubi yang di cari tak kunjuang terlihat. Akhirnya setelah berputar-putar selama setengah jam di pasar ubi ungu pun didapat. Mereka pun pulang sambil menahan rasa lapar dan haus yang semakin menyiksa.

Keesokan paginya pembuatan kolak dimulai. Rahmi dan Dewi sengaja datang ke rumah Aisyah karena penasaran dengan kolak Aisyah.
“Ooo, jadi ini gunanya perisa buah”, kata Dewi mulai mengerti.
“Warnanya bagus-bagus ya Aisyah, terutama yang ini”, kata Rahmi sambil menunjuk ke arah kolak yang diberi ubi ungu.
Kolak Aisyah sangat memanjakan mata. Warnanya beragam membuat mata dan perut menjadi lapar.

Sore itu kolak Aisyah dibawa ke pasar. Kolak Aisyah dijual bersama dengan kolak ibunya. Risau risau mulai menghampiri Aisyah. Kolaknya belum ada yang mencoba.
“Mudah-mudahan kolaknya enak”, kata Dewi menghibur Aisyah.
“Amin”, jawab Aisyah dan Dewi bersamaan.

Ternyata orang pertama yang mencoba kolak Aisyah adalah seorang anak kecil. Dengan gugup Aisyah menyodorkan bungkusan kolak. Ternyata anak itu lansung memakannya.
“Ia tidak puasa”, pikir Aisyah dalam hati. Hati Aisyah mulai risau. Apakah kolaknya memuaskan.
“Kolaknya enak, beli dua bungkus lagi Kak”, kata anak itu sambil tersenyum.
Raut waja Aisyah berubah senang, rasa risaunya hilang lenyap tertelan bersama kolak yang di makan anak tersebut.
“Kolak pelangi, kolak pelangi, beli, beli!”, suara cempreng Dewi ikut meramaikan pasar.

Satu persatu pelanggan berdatangan. Lama kelamaan tempat Aisyah berjualan seperti sebutir gula yang di serbu ribuan semut kelaparan. Dalam hitungan menit kolak Aisyah Habis terjual. Bahkan ada orang yang tidak kebagian.
“Besok kolak ibu dibuat seperti mu ya Aisyah”, kata ibu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Baik Bu”, jawab Aisyah.
“Rahmi, Dewi, ini kolak untuk kalian, ini ungkapan rasa terima kasihku”, kata Aisyah sambil memberikan dua bungkus kolak kepada mereka.
“Kolakmu pasti enak”, kata Dewi menambahkan.

Bisnis kolak Aisyah dan ibunya semakin berkembang. Bahkan sudah ada tetangganya yang memesan seratus porsi untuk buka bersama di rumahnya. Ternyata dibalik kesuksesan kolak pelangi Aisyah ia semakin rajin melaksanakan sholat dhuha dan dari keuntungan berjualan kolak Aisyah sekeluarga dapat membeli baju lebaran. Hal yang mungkin sangat asing baginya, karena penghasilan ibunya hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Ramadhan kali ini adalah Ramadhan yang sangat berkah bagi Aisyah. Berawal dari sebuah idea aneh dan dipadu dengan keampuhan sholat dhuha, ia pun dapat membahagiakan keluarganya di hari lebaran.

Cerpen Karangan: Farhan Ramadhan
Facebook: Reben Naq Patar
Nama saya farhan ramadhan, bisa di panggil farhan atau yang lebih akrab reben, hehehe, saya bersekolah di SMA N 1Baso, sumatera barat,

Impian si anak kampung

Di pagi yang cerah Anugrah bergegas menyiapkan pakaian dan peralatan sekolah, Anugrah begitu bersemangat pagi itu karena ada pelajaran yang sangat ia sukai, yakni fisika.
Ketika tiba di sekolah, Anugrah diberitahu kawannya bahwa di Kabupaten sedang dibuka pendaftaran olimpiade tingkat kabupaten dari TAPSEL. Mendengar kabar tersebut Anugrah merasa gembira karena cita-cita yang didambakan sudah terbuka lebar. Namun Anugrah harus menelan pil pahit, persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon peserta olimpiade harus memiliki sertifikat  dengan tingkatan tertentu yang berharga mahal. Hal itu sangat disadari Anugrah tidak akan mampu terpenuhi, karena latar belakang keluarga Anugrah yang memiliki orang tua hanya seorang buruh.
Dalam batin Anugrah terus berharap akan bisa memenuhi persyaratan klub dari Jakarta tersebut, sampai tak sadar tangan Pak Wisma menepuk pundak Anugrah dan membuyarkan lamunannya. Pak Wisma lalu duduk dan bertanya akan perubahan sikap Anugrah hari itu. Anugrah menjawab sedih bahwa dirinya tidak bisa mengikuti pendaftaran klub dari Jakarta karena tak mampu membeli sepatu. Pak Wisma mencoba menenangkan kegalauan Anugrah, dan menyarankan untuk berbicara dengan orangtuanya. Anugrah merasa tak yakin dengan saran Pak Wisma, namun tak ada pilihan lain yang harus dilakukan.
Sepulang sekolah Anugrah melaksanakan saran Pak Wisma untuk membicarakan keinginannya kepada kedua orang tua Anugrah. Anugrah memelas dan orang tuanya pun memahami keinginan Anugrah yang begitu besar. Dalam keterbatasan orang tua Anugrah terpaksa harus menuruti keinginan putranya dengan menjual kambing yang hanya satu-satunya. Keceriaan Anugrah terlihat kembali ketika orang tuanya memberikan sejumlah uang untuk dibelikannya sepatu.
Keesokan harinya dengan berlari Anugrah berangkat ke sekolah dengan semangat yang berlipat ganda. Ketika bertemu dengan Pak Wisma, Anugrah mengajaknya untuk membeli sepatu di kota, Pak Wisma dengan senang hati mengantarnya. Namun kenyataan berbicara lain, uang hasil jual kambing orang tua Anugrah masih belum cukup untuk membeli sepatu yang ada di kota. Kini Pak Wisma merasa iba kepada Anugrah, ia pun terpaksa meminjam uang ke sekolah untuk mencukupi harga sepatu Anugrah dengan jaminan honornya.
Malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, pendaftaran klub dari Jakarta yang ada di Kabupaten sudah tutup sejak kemarin. Anugrah gontai melangkah, impian yang ia kira sudah terbuka lebar kini tertutup rapat kembali, dan Anugrah harus sabar menunggu kesempatan itu datang lagi.