Rabu, 25 April 2012

artikel ilmiah


ASI Mengurangi Sakit Saat Disuntik
Para bayi yang diberi air susu ibu (ASI) saat disuntik imunisasi tidak terlalu merasa sakit dibanding bayi-bayi tidak disusui ketika diimunisasi. Demikian hasil penelitian para ilmuwan McGill University’s Montreal dren’s Hospital Research Institute di Kanada. Rasa zat gizi ASI, gerakan mengisap, serta kontak saat menyusui dapat mengaktifkan beraneka respons yang membuat berkurangnya sensasi rasa sakit yang muncul saat bayi disuntik.
Protein dalam ASI
Air susu ibu (ASI) selama ini dikenal sebagai sumber kekebalan tubuh bayi dari infeksi. Dan, sumbernya ternyata berasal dari satu jenis protein yang terdapat di dalam ASI. Protein itulah yang merangsang bekerjanya sistem kekebalan pada ASI. Protein tersebut, menurut basil penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari Toronto General Research Institute, Kanada, hernama sCD14 dipercayai dapat membantu sistem kekebalan bayi yang baru lahir. Menurut para peneliti tersebut, konsentrasi sCD14 dalam ASI amat tinggi hingga 400 hari sesudah seorang wanita melahirkan. Penemuan ini menurut
mereka diharapkan dapat membantu dikembangkannya susu formula yang hampir menyamai air susu ibu di masa mendatang.

Ribut-ribut soal krisis minyak bumi serta pencarian energi baru dan terbarukan, membuat KH Abdul Ghoful, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Dradjat, Lamongan, Jawa Timur, ikut merasa terpanggil untuk memikirkannya. Pada 2004, ia menunjuk Hendra Natakarmana, ketua Pengembangan Agrobisnis Ponpes Sunan Dradjat, untuk melakukan penelitian dan uji coba terhadap pohon jarak pagar yang tengah jadi buah bibir sebagai sumber energi alternatif.
Diam-diam, uji coba dilakukan di daerah Wado, Sumedang, Jawa Barat. Bekerja sama dengan PT Perhutani, pohon jarak ditanam di atas areal 1.000 hektare. “Hasilnya, gagal total! Tidak menguntungkan bagi masyarakat. Biaya dan keuntungannya tidak memadai,“ ungkap Hendra kepada Republika, Ahad (11/3).
Pantang pulang sebagai prajurit kalah perang, Hendra berkeliling mencari kemungkinan mendapatkan pohon pengganti. Tibalah ia di sebuah pemakaman di daerah Sumedang. Matanya terpikat oleh penampilan sosok pohon besar, daunnya lebat, dan buahnya banyak. Masyarakat Jawa Barat menyebutnya, antara lain, sebagai kemiri cina, jarak bandung, atau muncang priangan.
Mendapat laporan atas penemuan utusannya itu, KH Abdul Ghofur memberikan nama baru: kemiri sunan. Penelitian kandungan minyak dalam buah kemiri sunan itu dilakukan oleh Dewan Pengembangan Biodiesel Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2008.
Pada Mei 2008, Hendra mengirim surat kepada Menteri Pertanian agar kemiri sunan dimasukkan dalam daftar tanaman binaan Dirjen Perkebunan. Usulan ini disetujui.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian Haryono mengemukakan, pohon yang oleh Ponpes Sunan Dradjat dinamakan kemiri sunan, nama latinnya adalah Reutealis trisperma (blanco). “Pohon ini sudah muncul dalam literatur sejak 1800-an.” Di Indonesia, jenis kemiri tersebut dikembangkan oleh warga asal Cina di daerah Tangerang (Banten) untuk memenuhi kebutuhan minyak Tung Oil pada abad ke-18. “Minyak Tung Oil ini digu nakan masyarakat sebagai bahan pengawet kayu terutama pada kapal-kapal pinisi,“ tutur Haryono. Hasil penelusuran Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri) dan PT BHL, tanaman ini banyak ditemukan di Jawa Barat, terbanyak di Kabupaten Majalengka dan Garut yang umumnya terdapat di pemakaman dan di pinggir jalan atau pematang saluran irigasi. Daerah sebarannya mencakup ketinggian tempat 90¬700 meter di atas permukaan laut (dpl), serta tumbuh pada pelbagai jenis tanah dan tipe iklim.
Semua kisah itu berarti, perjalanan kemiri sunan sudah demikian panjang, yaitu dari Filipina hingga Lamongan. Yang terpenting, KH Abdul Ghofur mengingatkan, pemerintah agar serius memperbanyak penanaman kemiri sunan ini.
“Kita harus memiliki target seperti rencana pembangunan lima tahun (repelita) pada masa Orde Baru. Nah, jika dari sekarang kita sudah melakukan penanaman kemiri sunan secara besarbesaran, dalam lima sampai 10 tahun ke depan, masalah krisis BBM serta pencarian energi baru dan terbarukan, akan bisa teratasi,“ katanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar