Pengantar:
Saya baru saja menerima kiriman di beranda
"facebook" saya berupa artikel ini. Sebenarnya artikal ini adalah
copas-an dari artikel saya yang saya postingkan bulan Oktober 2011,
namun sayangnya dalam copas-an tersebut tidak disebutkan sumbernya,
yaitu blog ini.
Tentu saja saya cukup penasaran dibuatnya karena
ternyata tulisan ini mendapat ratuan "like". Maka saya pun mengecek
artikel aslinya yang ada di blog ini pada google. Ternyata sampai
beberapa halaman yang saya cari tidak kelihatan, justru copas-annya yang
muncul di beberapa blog dan jejaring sosial lain. Tapi biarlah.
Silakan
meng-copas tulisan saya sebagaimana beberapa kali saya lakukan pada
tulisan-tulisan orang lain. Namun cantumkanlah sumbernya sebagai bentuk
penghargaan pada jerih payah penulisnya. Akan lebih baik lagi kalau juga
di-link-kan dengan sumber aslinya agar mendapatkan hitnya.
Terima kasih.
----------------------------
Hanya di Syria, seseorang bisa membeli 1 liter bensin seharga 15 SL
(Syrian Lira, 1 SL setara sekitar 2$), sementara harga minyak dunia
adalah 40 SL. Hanya di Syria, seseorang berhak mendapat perawatan gratis
di rumah sakit, bahkan jika harus menjalani operasi. Hanya di Syria,
pajak penghasilan hanya 5% untuk mereka yang berpenghasilan tinggi
sementara yang berpenghasilan rendah tidak dikenakan pajak.
Hanya di Syria semua anak bisa bersekolah gratis dari SD hingga
universitas.Hanya di Syria, hutang luar negerinya sebesar 0$. Hanya di
Syria, yang sistem ekonominya berubah dari sosialis ke sistem pasar
bebas dan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang asing relatif
konstan dan stabil.
Hanya di Syria, terdapat lebih dari 1 juta pengungsi Palestina dengan
hak-hak kewarganegaraan yang sama dengan penduduk asli tanpa
diskriminasi sedikit pun. Hanya di Syria, terdapat 2 juta pengungsi Irak
saat terjadi serangan Amerika, dan tidak satupun dari mereka yang
tinggal di tenda-tenda pengungsian.
Hanya di Syria, seseorang bisa duduk makan di restoran dan mendapatkan
Presiden dan sang istri sedang makan di meja sebelah. Hanya di Syria
kita menjumpai seorang penganut Shiah menikah dengan penganut Alawite
(satu sekte Islam yang mengagungkan sepupu Nabi Muhammad, Ali bin Abi
Thalib, namun bukan Shiah. Banyak terdapat di Syria, Lebanon dan Turki)
yang ibunya penganut Sunni dengan saudara ipar seorang penganut Kristen
dengan saudara sepupu seorang Kurdi atau Druze (satu sekte agama yang
mencampurkan kayakinan Islam dengan Kristen, banyak terdapat di Lebanon
dan Syria).
Hanya di Syria, yang pemerintahannya telah mengeluarkan undang-undang
parpol, undang-undang media massa, undang-undang pemilu, dan
undang-undang pemerintahan daerah. Mereka juga telah mengeluarkan
amnesti massal dan peraturan-peraturan lainnya demi mengubah negara
menjadi lebih demokratis. Dan lucunya pemerintahan negara-negara
tetangga meminta sang presiden untuk "mendengarkan tuntutan rakyat" dan
bertindak demokratis hingga menuntut dilakukannya pemilihan umum yang
dipercepat disertai pengunduran diri sang presiden. Sementara
negara-negara tetangga itu tidak pernah melakukan hal-hal yang
dituntutnya itu. Mereka menuntut dilakukannya amandemen undang-undang
Syria sementara jika ada seorang warga mereka meneriakkan kata
"konstitusi", ia akan dijebloskan ke penjara dengan tuduhan melakukan
tindakan "bid'ah".
Hanya di Syria dimana para pelaku aksi-aksi kerusuhan menentang
pemerintah mengklaim sebagai gerakan non-sektarian, namun dengan lantang
meneriakkan slogan-slogan seperti: "Alawite ke peti mati, Kristen ke
Beirut," atau "Muslim dan Kristen menghancurkan Alawite!", atau "kami
tidak ingin melihat seorang Alawite pun", atau "O Alawite, O penyembah
berhala, kami akan menguburkanmu!.
Hanya di Syria dimana para pelaku aksi-aksi kerusuhan menentang
pemerintah mengklaim sebagai gerakan nasional tanpa campur tangan asing.
Namun lucunya banyak di antara mereka berteriak-teriak: "O Israel, kami
akan korbankan jiwa dan ragaku untukmu!", atau "Bandar (seorang
pangeran kerajaan saudi salafiyun wahabiah), Hariri (mantan PM Lebanon,
pengkhianat rakyat yang kini tinggal di pengasingan di Perancis), kami
ingin Al-Jazeera (televisi Qatar)," atau slogan-slogan lainnya seperti
"Tidak untuk Iran atau Hezbollah, kami menginginkan orang yang takut
kepada Allah!" Belum lagi mereka yang berteriak-teriak meminta Amerika
dan Eropa untuk turut campur dalam gerakan mereka.
Bodohnya mereka mengklaim sebagai gerakan damai, namun para syeikh
mereka menyerukan "jihad" melawan aparat pemerintah dan siapa pun yang
tidak sepemikiran dengan mereka. Mereka yang menyerukan gerakan damai
itu telah membantai tentara dan penduduk sipil beserta keluarga mereka,
menggantung dan memutilasi korban-korbannya sesuai dengan kebencian
sekterian mereka. Mereka pula yang telah menembaki polisi dan penduduk
sipil dari puncak menara masjid dengan menggunakan senjata Amerika.
Para syeikh wahabi-salafi itu mengambil makna "Ifta'" (kewajiban
berdasar fatwa dan menggunakannya untuk membakar kesombongan sektarian,
namun tidak pernah melakukan reformasi apapun atau menjaga kepentingan
masyarakat sebagaimana klaim mereka. Betapa munafiknya mereka! Tinta
fatwa mereka belum kering terkait dengan kutukan mereka terhadap
berbagai bentuk demonstrasi dan revolusi di Mesir, Tunisia dan
negara-negara lain! Bagaimana bisa mereka membanggakan diri telah
mencetak jutaan kopi fatwa tentang larangan berdemonstrasi di Saudi
Arabia, Qatar, dan Bahrain.
Bagaimana mereka bisa berpidato dengan penuh kefanatikan menyerukan
pembantaian terhadap semua penganut Alawite, pengusiran orang Kristen
dari Syria, menyingkirkan semua penganut Ismaelis, Druze dan Sufisme.
Dan inilah fatwa dari "syeikh" Saleh Al-Luhaidan tentang kewajiban
melenyapkan 1/3 penduduk Syria untuk menyelamatkan 2/3 lainnya,
sementara ia mengutuk aksi demonstrasi di Saudi Arabia dan negara-negara
lainnya sebagai dosa besar karena menyebabkan kekacauan dan kehancuran.
Fatwa menentang aksi demonstrasi di Saudi Arabia, Bahrain, Tunisia,
Mesir adalah sebuah bentuk dukungan bagi para penguasa moderan yang
memilih untuk menyerah terhadap Israel. Itu adalah tindakan politik
"melayani Israel" yang tidak ada dasarnya dengan agama. Jika tidak,
bagaimana penjelasannya mengapa dalam hal Syria dan hanya Syria,
fatwa-fatwa itu menjadi bertolak belakang?
Mengapa kerusuhan di Syria menjadi sebuah "revolution" sementara di
tempat lain dicap sebagai "pelanggaran hukum"? Kebohongan-kebohongan itu
berakhir dengan sendirinya setelah mereka membongkar sendiri kejahatan
konspirasi mereka terhdaap Syria, membuat rakyat Syria sadar dan melawan
dengan sekuat tenaga.
Sangat menggelikan, pimpinan Al Qaida Ayman Al-Zawahri dalam pidatonya
menyambut ulang tahun kesepuluh Tragedi WTC menuduh pemerintah Syria
melakukan "kejahatan yang buruk" terhadap rakyatnya sendiri. Ia juga
menyerukan rakyat Syria untuk terus melakukan aksi kerusuhan hingga
pemerintah tumbang. Seorang warga Arab mungkin bertanya-tanya: mengapa
sikap Al Qaida se-irama dengan Amerika dan sekutunya? Mereka tentu
tengah melayani kepentingan Israel sembari membuang jauh-jauh
kepentingan Arab (Syria adalah salah satu negara Arab).
Negara-negara Arab tertentu dan televisi-televisi asing melancarkan
tuduhan-tuduhan paling buruk yang bisa dibayangkan berdasarkan prinsip
"kebohongan dan kebohongan hingga rakyat akhirnya percaya". Berbagai
"keajaibatn" muncul dari para awak televisi yang katanya profesional
itu. Saksi mata adalah orang yang paling bisa dipercaya, dan orang bisa
menemukan seorang analis di sana-sini dan tidak satu pun mereka yang
berada di Syria. Tak satu pun dari mereka yang melaporkan korban-korban
di pihak pemerintah, setiap hari mayat-mayat aparat keamanan ditemukan
dimana-mana yang gambar-gambarnya hanya dimuat oleh media-media massa
Syria.
Para pengamat itu tidak memiliki informasi apapun tentang pembantaian
aparat keamanan oleh para perusuh, dan jika pun mereka menyebutkan
peristiwa itu mereka membalikkan faktanya: "aparat keamanan pemerintah
membunuh mereka karena menolak perintah untuk menembak para demonstran
yang tidak bersenjata"
Hanya di Syria, dari sebuah gerakan yang mengklaim diri sebagai
"Revolusi nasional Arab" orang mendengar slogan-slogan seperti "O
Israel, bisakah aku mengorbankan darahku untukmu?". Dan sebagai
tambahan, salah satu tokoh gerakan itu Farid Al-Ghadiri, adalah orang
yang telah berkunjung ke Israel tahun 2007, menjadi tamu kehormatan
parlemen Israel hingga dikecam olah para anggota parlemen Israel
keturunan Arab. Kini ia berpidato: "suatu hari bendera Israel akan
berkibar di Damascus, karena negara Syria adalah negara damai, baik, dan
membenci kebencian, namun Bashar Al-Assad telah memaksa rakyatnya untuk
bersikap sebaliknya."
Pengkhianat yang kini tinggal di Washington itu berkoar bahwa inteligen
Lebanon mendukung aksi kerusuhan di Syria karena menganggap tumbangnya
Assad merupakan keuntungan nasional Lebanon. Ia juga menyerukan dunia
internasional untuk melakukan campur tangan di pihak rakyat Syria. "20
rudal yang menghantam kantor-kantor inteligen Syria cukup untuk membuat
regim Assad tumbang". Ia pasti tidak menghitung bahwa "keseimbangan
regional" sudah berubah paska kekalahan Israel melawan Hizbollah tahun
2006.
Dari: "Only in Syria ..."; Sadeq Khanafer; almanar.com.lb; 4 Oktober 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar